Arsip Blog

Senin, 25 April 2016

Kolega dan Bahana


“Kolega dan Bahana”

Sungguh engkau menguras pikiranku
Tiap detik roh mu sesakan nafasku
Bahana mu tidak hanya membuat aku lupa bumi
Tutur kata mu lembut menghipnotis
Aku sedang tersenyum menikmati naim mu
Mungkin jika aku tua kelak perisa ini yang akan membuatku termimpi-mimpi
Engkau memutihkan rambutku
Telapak ini pernah merekam mu
Jeritan jiwa agak agih jadilah kolega kala aku menitih melintas bernyawa

Martinus Joko Triono, Bandar Lampung, 25-04-2016.

Minggu, 24 April 2016

Tetesan Hikmat Oleh Pagi

”Tetesan Hikmat Oleh Pagi”

Pagi engkau indah, engkau cerahAku berlega hati Allah telah membentuk mu
Dari engkau aku belajar mengenal embun
Dari engkau aku belajar mengenal sinar
Sungguh berkat hariku bersama mu pagi
Akan ku isi secangkir peristiwa dengan bijaksana bersama mu pagi
Seperti daun yang berteteskan hikmat
Seperti tanah yang engkau beri warna
Dan pagi hapus luka ku derita masalalu
Tulis dengan tulus cerita masa depanku
Rangkai tiap kalimatnya dengan damai.

Martinus Joko Triono, Bandar Lampung, 25-04-2016.

Kertas Kosong Air Mata

“Kertas Kosong Air Mata”

Malam engkau sering datang dengan tanda tanya?
apa memang aku berhak memberi jawab untukmu?
Sedangkan aku masih menuai permata luka?
Malam kini engkau ku tulis saat ku menangis
Karna aku ingat tanda tanya mu memberi pesan padaku
Sepertinya arti Kecuali akan ku lewati
Dengan rumput yang bermandikan bulan
Dengan pagar yang bersabunkan lampu jalan
Malam sekali lagi kecuali aku disini tetap aku berkutik dengan hari
Malam engkau punya bulan?
Engkau juga punya ribuan bintang?
Tapi mengapa engkau hanya menanyai aku, aku yang  diam
Jika memang aku engkau inginkan untuk terluka aku siap malam..
Ujar ku terahir untuk mu malam , jika aku rindu siang
Mohon aku buatkan kertas kosong akan kutulis engkau dengan linang air mata

Martinus Joko Triono, Bandar Lampung,  24-04-2016.


Sabtu, 23 April 2016

Kaki kata-kata

“Kaki kata-kata”

Engkau sejuk dan mententramkan….
Meski kini peluh oleh pikir
Aku sosok sederhana pengagum mu
Aku sengaja mengikutimu
Aku sengaja memperhatikan mu
Karna sedetik pun bayangmu tak bisa kabur dari benak
Engkau adalah kiri dan aku adalah kanan
Kita adalah kaki tak pernah sama namun selalu sejalan
Ada banyak kata yang dalam, yang tak bisa ku eja satu persatu
Karna engkau yang mampu menyempurnakan kata-kata ku.
Martinus Joko Triono, Bandar Lampung, 24-04-2016.

Sepenggal tuli untuk seorang kamu

“Sepenggal tuli untuk seorang kamu”

Aku ingin sekali tuli
Embun tetes mu menyelimutiku dalam malam
Aku tak ingin gali tanah ku lebih dalam
Aku takut lubang hanya kau lubangi
Menjadi hujan matahari dalam satu waktu
Aku akan berangkat saat engkau pulang
Akan ku buat tempat untuk melihat pelangi
Aku berpesan Pelangi tak akan bisa bertahan lama
Karna ia tak akan menyirami lautan
Karna di dunia ini orang tak suka bahagia dengan luka
Aku terjaga dan menyelami nalar ku aku tertarik diam
Martinus Joko Triono, Bandar Lampung, 23-04-2016.

Jumat, 22 April 2016

Teman Hidup




"Teman Hidup”

Rosmaida Dewi Simanjuntak
Engkaulah ketenangan yang hadir sebelum segala suara
Engkaulah kenyamanan tempatku mengisi kehidupan

Suara mu adalah senyapmu
Langkahmu adalah gemingmu
Kini adalah waktu Tepat Tuhan menghadirkan mu dibumi
Aku mengucap syukur engkau adalah ciptaan yang sempurna
Engkau hawa titisan dari surga jangan lelah menjadi sosok pelita
Dalam hadirmu, keabadian sayup mengecup langkah kita
Jangan pernah menyerah, ku kan mendapingmu melangkah
Pastikan, percayakan kita rangkai cerita masa depan
Semoga peristiwa yang akan kita tuai menjadi dewasa kita dalam mengerti cinta
Bersama engkau, aku hanya kepala tanpa rencana
Telanjang tanpa kata-kata

Martinus Joko Triono, Bandar Lampung. 22-04-2016
( Puisi pesanan seorang Teman:, J.B Pranowo dari Jakarta)

Kamis, 21 April 2016

Kartini kekinian

“Kartini kekinian”


Udara lembab mengirim pesan
Jahe tumbuh berdampingan dengan kemiri
Jam berganti jam tahun berganti tahun
Sosok emasipasi tumbuh dan membumi
Bersama tongkat selvi berdiri
Lain judul dengan kartini tua
Namanya masyur di puja bangsa
Ia pengisi lukisan suci kaum wanita
Memperjuangkan asa manusia
Kemana kartini penyeimbang kekinian
Katanya semakin cerdas majukah? Mudurkah?
Mata telanjang kenyataan judul kini lain dulu
Banyak yang asik jatuh cinta dengan tongkat selvi
Menatap bumi pun enggan malah asik dengan bedak milik syahrini
Ketika kartina tua membangun cerita lupakah engkau kartini muda?
Engkau harapan bangsa, bukan artis panggung dunia maya
Indonesia mencari engkau sesuai ikrar yang dijujung tinggi
Oleh raden ajeng kartini,.
Peringati diri engkau telah dipatri untuk jadi kartini…

Martinus Joko Triono, Bandar Lampung, 21,04,2016.



Selasa, 19 April 2016

Temu Embun Sari



“Temu Embun Sari”

Tergoda berapi – rapi kencan dengan puji yang lebur
Telanjang bulan malam
Bermandikan aku embun rapal
Tanpa diramal nyai juminah mainan nanah
Bunga kamboja dipetik mbah cengir
Batu hitam sigana ritme obor
Mata air lelaki berjalan dipinggir sungai
Disasikan lelaki tawar
Daun yang di olesinya dengan temu embun sari
Ibu-ibu kemamah meludahi cuh cuh
Senang tetram buli bunting
Belok kitab kembali noleh
Bambu dibelah dua tatap muka
Lupa pinggir rumput
Hidup itu mati kapan pun mati
Lari menghilang diputaran bumi
Makan tanah,hidup untuk tanah, hilang ditanah
Martinus Joko Triono , Bandar Lampung, 19-04-2016.

Pijar Politik Titisan Sangkuni

Pijar Politik Titisan Sangkuni”
 
semut kepijit mati tanpa pamit
Air aki air ketuban
Gondeh bocah penuh tuah
Kemana mata kemana kata
Maha dan siswa bercinta di pucuk randu
Kepala melangkah
Lalu kaki berpikir
Bawang merah kepala singkong
Di pecut luka sembari mendesah
Gondeh bocah lahir dari batu
Batu sudah di kali emas
Maka kepalanya keemasan
Seperti racun milik sangkuni
Martinus Joko Triono, Bandar Lampung , 19-04,2016.

Senin, 18 April 2016

“Wajah cicak dikotak”

“Wajah cicak dikotak”

Rumput sahaja masih enggan keluar pagi ini
Menatap mentari tak lagi bernyanyi tak melihat revolusi
Sebelum cacing mengenal tanah ia tetap cacing
Bermandikan tujuh ikrar dibawah tali kucing
Wanita-wanita pinggiran kota ceria membawa selaksa peristiwa
Menutupi congkak propaganda anak-anak muda
Pemikir terlalu mikir jadi kentir
Praktisi terlalu mengkebiri hati sang pemerhati
Hati-hati dewi sinta tak lagi berkekasih dengan arjuna
Nampaknya mereka telah berganti lain cerita
Harus tergerus kekinian cerita cinta
Dibalik wajah dalam lukisan pinggir kota
Masih nasi sebangkul, memikul,terpukul
Kebanyakan berderu dengan alas an merangkul
Bahkan tanah pribumi akan dikuasai dengan alas an mencangkul
Mungkin kau dilahirkan di kandang politik yang sarat pukul memukul
Martinus Joko Triono, Bandar Lampung 19-04-2016.

Gending Rapat Mayat



“Gending Rapat Mayat”

Berpayungkan gelembu lapang
Aku di olesinya dengan daun kenikir
Tak noleh tak melengkung
Berapi-rapi ritmen telanjang
Dengan punuh gelap aroma melati
Berhujan matahari
Dirimu hilang sudah jasad lelakiku
Lupa kacangan dengan lanjaran
Bermandikan embun permata rapat
Terselimuti daun kehidupan
Tari daun tembakau dan pinang
Obor-obar bulan bintang main-main
Pesta lelaki puber diramas
Gending prakasa merdeka politik muda

Martinus Joko Triono. Bandar Lampung, 19,April,2016,

Minggu, 10 April 2016

"Atau dan "
Hidupku tumbuh bersama perjalanan ku
Makna hidup warnai tak henti ku nyalakan dan meredup
Sering aku menyendiri mencari arti hidup
Aku mulai bertanya pada keributan orang, pada canda orang
Pada sore, malam, pagi, dan siang
Aku sering kering dalam berjalan
Aku pun goyah dalam perahu yang ku dayung
Aku berjaga siang dan malam
Namun sia-sia aku tetap saja aku
Untuk mencari dan berada
Siapakah diriku Tuhan? ,aku yang menjauhi diriku sendiri
Tau kah aku bahwa hariku masih panjang
Masih banyak hal yang ku isi dengan karya
Tuhan cintai aku, ketika aku mulai memantulkan matahari dan menekan bumi
_Martinus Joko Triono




Selasa, 05 April 2016

Telanjangi Dunia

“Telanjangi Dunia”
Oleh: Martinus Joko Triono

Sudah pukul satu aku menantimu
Ditempat biasa kita menggurui rindu
Tak sedikitpun jawab engkau beritahu
Layakah kita terus mencinta pada lain waktu

Bintang dan bulan saling berbagi cerita
Nampaknya kini kita sudah tak senada
Bukan aku inginkan menuai sebuah luka
Karna memang kelakuan mu telanjangi dunia

Hari demi hari berganti tanpa permisi
Kita masih melukai dibalik putaran bumi
Aku heran dan semakin tak mengerti
Ke angkuhan mu merajai telanjangi bumi

doa dalam diam

"Doa dalam diam"

Tuhan aku pun letih,lesu. risau dalam rangkain cerita yang sedang ku jalani.
siapa aku dimata dunia mengapa sering diperbincangkan.
mungkinkah aku hidup dalam pikiran mereka
mungkinkah rencana dan kehendakmu atas semua
bawalah tindakan ku dalam setiap perkara mu
bangunkan lah aku jika aku masih terlelap
aku tau bahwa masa tua akan hancur dalam ke abadian
ketika waktu diambang pintu
ucap langkah kepada kata-katanya yang membongkah
Tuhan topang aku dengan kebijaksanaan mu dalam setiap langkah yang akan selalu ku lalui di perantara yang tak terbatas....
_Martinus Joko Triono_

Senin, 04 April 2016

Mantan



“Mantan’’ 
Karya (Martinus Joko Triono)


Mantan, Mungkin kita tak bisa melukis pelangi seindah dulu
Mantan, Mungkin lagu kita tak lagi merdu
Mantan, Mungkin mawarku untukmu telah layu
Mantan, Mungkin kata indah itu telah berdebu

Mantan, Ini kalimat singkat yg berkesan
Mantan, Karena engkau titik beku ingatan
Mantan, Kau ajarkan dewasa kehidupan
Mantan, Cuma mampu bertitip pesan

Mantan, Kau mimpi yg tertunda
Mantan, Banyak ajarkan bahasa cinta
Mantan, Menjaga dibalik senja
Mantan, Rintihan hati yg terlupa

Mantan, Bunga yg kutanam dipetik orang
Mantan, Usap bahagiaku yg terkenang
Mantan, Cerita ini selalu berbenang
Mantan, Bahagialah dengan dia yg kau sayang
Mantan, Garis besar kehidupan yg tak akan hilang.



Mantan, Mungkin kita tak bisa melukis pelangi seindah dulu
Mantan, Mungkin lagu kita tak lagi merdu
Mantan, Mungkin mawarku untukmu telah layu
Mantan, Mungkin kata indah itu telah berdebu

Mantan, Ini kalimat singkat yg berkesan
Mantan, Karena engkau titik beku ingatan
Mantan, Kau ajarkan dewasa kehidupan
Mantan, Cuma mampu bertitip pesan

Mantan, Kau mimpi yg tertunda
Mantan, Banyak ajarkan bahasa cinta
Mantan, Menjaga dibalik senja
Mantan, Rintihan hati yg terlupa

Mantan, Bunga yg kutanam dipetik orang
Mantan, Usap bahagiaku yg terkenang
Mantan, Cerita ini selalu berbenang
Mantan, Bahagialah dengan dia yg kau sayang
Mantan, Garis besar kehidupan yg tak akan hilang.